BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selain
aspek kognitif yang dievaluasikan dalam pendidikan, aspek lainnya adalah
aspek-aspek sikap (afektif) dan perbuatan (psikomotor). Teknik yang digunakan
dalam evaluasi terhadap sikap dan perbuatan menggunakan teknik non tes.
Evaluasi terhadap sikap dan
perbuatan diperlukan, karena Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
berbasisi kopetensi mempersyaratkan agar siswa memahami hak-hak dan
kewajibannya secara bertanggung jawab yang tergambara pada :
Siswa
menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengomunikasikan gagasan
dan informasi serta untuk berintegrasi dengan orang lain.
Siswa,
memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep dan teknik-teknik numerik dan sapatial mampu
mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan. Siswa menyadari teknologi dan
informasi apa yang diperlukan, ditemukan dan diperolehnya dari berbagai sumber,
serta mapu menilai, menggunakan dan berbagai informasi dengan yang lain.
Siswa
memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi serta memiliki keterampilan,
dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan. Siswa memahami konteks budaya,
geografi, dan sejarah serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupannya serta berintegrasi dan
berkontribusi dalam masyarakat dan dunia global.
Siswa
memahami dan berpartisipasi dalam kegiatan kreatif di lingkungannya untuk
saling menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menetapkan
nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat
beradab.
Siswa
menujukan kemampuan berpikir konsekuen, berpikir lateral, memperhitungkan
peluang dan potensi, serta siap untuk menghadapi sebagai kemungkinan.
Siswa
menunjukan motivasi dan percaya diri dalam belajar serta mampu bekerja mandiri
sekaligus dapat bekerja sama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teknik
Evaluasi Sikap
1.
Pengertian
Sikap
merupakan perasaan yang dimiliki seseorang. Perasaan yang dimiliki dalam bentuk
kecenderungan untuk bertindak, berpikir, ber persepsi, dalam mengadapi
obyek,ide,sesuatu dan nilai. Sikap bukan prilakutetapi merupakan
kecenderungan-kecenderungan untuk berprilaku.sikap memberi tuntunan kepada seseorang untuk setuju atau tidak
setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diinginkan serta
diharapkan dengan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan harus
dihindari.
Menurut
para ahli sikap terdiri dari tiga komponen yaitu komponen afektif, kognitif,
dan komponen konaktif. Evaluasi sikap sendiri dapat didefinisikan sebagai upaya
yang sistematis untuk mengukur tingkata belajar siswa telah dijalani berkaitan
dengan kecenderungan untuk bertindak, berpikir, berpersepsi, dalam mengahdapi
obyek, ide, sesuatu dan nilai yang meliputi aspek afektif, kognitif, maupun
konaktif.
2.
Pentingnya
Penilaian Sikap
Dalam
dunia pendidikan perlu diadakan evaluasi terhadap sikap dikarenakan pertama
praktek evaluasi terhadap pendidikan dan proses pembelajaranyang terjadi selama
ini lebih menekankan pada aspek kognitif.
Kedua sikap memiliki berbagai fungsi
yaitu :
a. Fungsi
instrumental
Yaitu
mengekspresikan keinginan umum kita untuk mendapatkan manfaat atau hadiah dan
menghadapi hukuman.
b. Fungsi
pengetahuan
Yaitu
membantu kita memahami dunia, yang membawa keteraturan bagi berbagai informasi
yang harus kita asimilasikandalam kehidupan sehari-hari.
c. Fungsi
nilai ekpresif
Yaitu
mengekpresikan nilai-nilai kita atau mencerminkan diri kita.
d. Fungsi
pertahanan ego
Yaitu
melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagi harga diri kita.
e. Fungsi
penyesuaian sosial
Yaitu
membantu nkita merasa menjadi bagian dari komunitas.
3. Obyek
Penilaian Sikap
Sikap
yang dievaluasi terhadap peserta didik meliputi:
a. Sikap
terhadap mata pelajaran
Yaitu
sikap siswaterhadap pembelajaran yang diberikan apakah siswa bersikap positif
atau bersikap negatif. Kalau siswa telah bersikap positif akan menumbuhkan
kembangkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
b. Sikap
terhadap SKKD dan indikator pembelajaran
Yaitu
sikap yang ditunjukan siswa terhadap
SKKD dan indikator pembelajaran yang ditunjukan dari sikap positif atau
negatif, menerima atau menolak. Bila siswa bersikap positif dan menerima SKKD
dan indikator siswa akan terdorong untuk menerima dan menguasai mata pelajaran
dan materi-materi yang terkandung didalamnya.
c. Sikap
terhadap guru pengajar
Yaitu
sikap positif atau negatif, suka atau tidak suka, menerima atau menolak guru
yang memberikan pelajaran. Apabila siswa memperlihatkan sikap negatif, tidak
suka atau menolak guru yang memberikan pelajaran, maka akan sukar baginya untuk
menerima dan menyerap mata pelajaran yang diberikan guru yang bersangkutan.
d. Sikap
terhadap proses pembelajaran
Yaitu
sikap menerima atau menolak, menyenangka atau tidak dengan proses pembelajaran
yang berlangsung. Unsur-unsur pembelajaran terdiri dari unsur-unsur suasana
pembelajaran, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan.
e. Sikap
terhadap kasus tertentu berhubungan dengan suatu mata pelajaran
Yang
perlu ditanamkan pada materi pokok atau submateri pembelajaran adalah sikap
positif terhadap hal-hal baik seperti bersikap positif terhadap pelestarian
lingkungan , dan sebaliknya.
f. Sikap
berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang akann ditanamkan dalam diri siswa
seperti materi pokok zakat dalam mata pelajaran agama islam. Yang perlu
ditanamkan disini adalah nilai-nilai yang terkangdung didalamya yang perlu
diinternalisasilkan kedalam diri siswa yaitu: nilai ukhuwah islamiah, kekeluarghaan
, dan tolong menolomng.
4. Teknik
Evaluasi Sikap
Beberapa
teknik evaluasi non tes dapat digunakan dalam melakukan evaluasi terhadap sikap
peserta didik yaitu :
a. Observasi
perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya
menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang
biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada
kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik
yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam
pembinaan.
Observasi
perilaku Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang
dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai
kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan
observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah
dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang
kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
Observasi perilaku di sekolah dapat
dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian
berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. Berikut contoh format buku
catatan harian.
b. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara
langsung atau wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal.
Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru
diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban". Atau
memberi pertanyaan langsung dapat dilakukan seperti menanyakan bagaimana
tanggapan siswa tentang kegiata “Tadarusan Al-Qur’an yang dilaksanakan setiap
hari sebelum pembelajaran dimulai yang baru saja diberlakukan .
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang
tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap
objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat
menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
c. Laporan
pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di
sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang "Kerusuhan
Antaretnis" yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang
dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan
sikap yang dimilikinya.
d. Penggunaan
skala sikap
·
Skala likert
Skala
likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena yang
terjadi khususnya bidang pendidikan.
·
Skala Guttman
Skla
Guttman adalah jenis skala yang menginginkan jawaban yang tegas seperti y atau
tidak, benar atau tidak, pernah atau tidak, baik atau buruk, tinggi atau rendah
dan sebagainya. Skala guttman dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan pilihan
ganda dapat digunakan juga daftar ceck-list.
·
Semantik differensial
Skala
semantik differensial merupakan skala untuk mengukur sikap tidak dalam
bentuk pilihan ganda atau check list,
tetapi disusun dalam garis kontinum dimana jawaban yang paling positif berada
di sebelah kiri garis jawaban yang negatif terletak pada bagian paling kanan.
·
Skala Thurstone
Skala
semantik differensial merupakan skala untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk
pilihan ganda atau check list,tetapi tersusun dalam garis kontinum dimana
jawaban yang paling positif berada di sebelah paling kiri garis dan jawaban
paling negatif terletak pada bagian paling kanan garis. Data yang diperoleh
dari pengukuran skala semantik differensial berupa data interval.Skala semantik
differensial dipergunakan untuk mengukur karakteristik atau sikap tertentu dari
seseorang misalnya kecerdasan emosional mengenai kemampuan membina hubungan
yang dimiliki guru.
5. Tindak Lanjut Evaluasi Sikap
Hasil
dari evaluasi sikap harus dicermati secara hati-hati dan ditindaklanjuti.Dalam
hal ini terjadi respon negatif guru perlu menggali lebih dalam lagi mengapa
siswa memberikan respon negatif.Setelah diketahui penyebabnya langkah
selanjutnya guru harus melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sikap siswa.
Beberapa
tindak lanjut dapat dilakukan setelah diadakan evaluasi sikap diantaranya: (1)
pembinaan kepada siswa, (2) perbaikan proses pembelajaran dan (3) peningkatan
profesionalisme guru (Burhanudin Tola dan Fahmi,2003:91-93).
a. Pembinaan
siswa
Dari hasil evaluasi sikap dapat
diketahui apakah siswa masih memerlukan pembinaan atau tidak terhadap sikap
yang telah ditunjukkan dan dievaluasi.Apakah pembinaan sikap siswa dilakukan
secara individual atau secara klasikal atau kelompok.Pembinaan secara
individual dilakukan terhadap siswa-siswa yang masih memiliki sikap negatif
melalui pembinaan secara khusus dengan pemberian pemahaman yang benar mengenai
suatu hal, pemberian nasehat dan bila diperlukan dirujuk kepada guru bimbingan
konseling atau guru pembimbing khusus.Pembinaan secara klasikal dilakukan
apabila secara umum siswa memiliki sikap negatif terhadap obyek atau suatu hal
tertentu.
b. Perbaikan
Proses Pembelajaran
Dari
evaluasi sikap dapat diketahui konsep-konsep atau materi pokok apa saja yang
berkaitan dengan sikap yang belum dipahami dan dipersepsikan dengan baik oleh
siswa, sehingga siswa memiliki persepsi yang negatif. Dalam hal ini guru perlu
melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan melakukan
penekanan-penekanan pada obyek atau hal-hal tertentu pada proses pembelajaran.
c. Peningkatan
Profesionalisme Guru
Dari
hasil evaluasi sikap guru dapat memperoleh informasi kelemahan dan kelebihan
guru khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran sikap berdasarkan persepsi
siswa.Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk upaya perbaikan dan
peningkatan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional guru.
B. TEKNIK EVALUASI PERBUATAN
1. Pengertian Tes Perbuatan
Evaluasi
perbuatan atau tindakan adalah evaluasi dimana respon atau jawaban yang
dituntut dari peserta didik berupa tindakan, tingkah laku konkrit.Alat yang
digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan terhadap
tingkah-laku tersebut.Evaluasi digunakan untuk mengukur penguasaan keterampilan
peserta didik, kemampuan dalam meragakan atau mengaplikasikan jenis
keterampilan tertentu.
Bentuk
tes ini berupa petunjuk-petunjuk atau perintah-perintah baik secara lisan atau
tertulis, dapat berupa penyediaan situasi dimana peserta didik diminta untuk
bereaksi terhadap situasi tersebut, baik dengan disengaja atau tidak.
Tes
ini mengandung beberapa keuntungan, dan mengandung beberapa kelemahan.
Keuntungan bentuk tes ini antara lain:
a.
Tepat untuk mengukur aspek psikomotor
b.
Tepat untuk mengetahui sikap yang
merefleksi dalam tingkah-laku sehari-hari,dan
c.
Pendidik secara langsung dapat mengamati
dengan jelas jawaban-jawaban sehingga lebih mudah dalam memberikan penilaian.
Sedangkan
kelemahannya antara lain:
a.
Apabila perintah tidak jelas, maka
tindakan yang muncul tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
b.
Seringkali pendidik terpengaruh oleh
gerakan yang tidak menjadi indikator utama penilaian.
c.
Membutuhkan waktu lama, terutama kalau
pengamatannya dilakukan perindividu
d.
Seringkali terjadi gangguan dalam
pengamatan menyebabkan penilaian tidak obyektif.
2. Langkah Pembuatan Evaluasi
Perbuatan
Untuk
menghindari kelemahan tersebut diperlukan beberapa petunjuk praktis dalam
menyiapkan tes tindakan.
a.
Langkah-Langkah
Umum
Langkah-langkah umum dalam pembuatan tes
perbuatan sama seperti pembuatan tes kognitif yang meliputi:
1) Melakukan
analisis terhadap standar kompetensi lulusan, standar
kompetensi dan kompetensi mata pelajaran.
2) Tentukan
materi pokok yang akan dibuat tesnya
3) Membuat
indikator yang akan dilakukan tes beserta kemampuan yang akan diukur
4) Menulis
soal berdasarkan indikator yang dibuat
b.
Adapun
langkah-langkah khusus dalam pembuatan tes perbuatan meliputi:
1) Identifikasi
semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil
akhir (output) yang terbaik.
2) Tulislah
perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk
menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.
3) Usahakan
untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak
sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melakukan tes
perbuatan
4) Definisikan
dengan jelas kriteria kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk
yang dihasilkan.
5) Urutkan
kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati.
6) Kalau
ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang
sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain (Burhanudin Tola dan Fahmi,2003:46)
3. Macam-macam Tes Perbuatan
Tes
perbuatan atau tindakan dibedakan menjadi: (1) Tes tindakan berpedoman dan (2)
tes tindakan bebas (tidak berpedoman). Tes tindakan yang berpedoman adalah
dalam melakukan observasi,termasuk dalam memberikan perintah kepada peserta
didik, pendidik menggunakan pedoman tertulis; sehingga setiap peserta didik
memperoleh tugas yang sama, baik dari volume,tugas,ataupun tingkat kesukaran
tugas tersebut. Tes tindakan tidak berpedoman, artinya dalam memberikan tugas
kepada peserta didik, pendidik tidak menggunakan pedoman tertulis.Pendidik
secara langsung melakukan perintah dan tidak dilengkapi dengan observasi
tertulis.
Berdasarkan
keterlibatan subyek evaluasi dalam evaluasi perbuatan dibedakan menjadi: (1)
Tes tindakan partisipatif dan (2) Tes tindakan non partisipatif. Tes tindakan
partisipatif adalah tes yang dalam pelaksanaannya subyek tes (guru/petugas)
ikut terlibat bersama peserta tes tindakan perbuatan.Sedangkan tes perbuatan
nonpartisipatif adalah tes yang dalam pelaksanaannya dimana subyek
tesguru/petugas) tidak ikut terlibat bersama peserta tes perbuatan.
4. Teknik Penilaian Evaluasi
Perbuatan
Teknik
penilaian yang dapat digunakan adalah :
(1)
Daftar cek (check list),
(2)
Penilaian (rating scale),
(3)
Observasi dan
(4)
Portofolio
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Evaluasi
terhadap sikap dan perbuatan diperlukan, karena Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) berbasisi kopetensi mempersyaratkan agar siswa memahami
hak-hak dan kewajibannya secara bertanggung jawab yang tergambara pada :
·
Siswa menggunakan bahasa untuk memahami,
mengembangkan, dan mengomunikasikan gagasan dan informasi serta untuk
berintegrasi dengan orang lain.
·
Siswa, memilih, memadukan, dan
menerapkan konsep-konsep dan
teknik-teknik numerik dan sapatial mampu mencari dan menyusun pola, struktur
dan hubungan.
·
Siswa menyadari teknologi dan informasi
apa yang diperlukan, ditemukan dan diperolehnya dari berbagai sumber, serta
mapu menilai, menggunakan dan berbagai informasi dengan yang lain.
·
Siswa memahami dan menghargai dunia
fisik, makhluk hidup, dan teknologi
serta memiliki keterampilan, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan.
·
Siswa memahami konteks budaya, geografi,
dan sejarah serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai untuk
berpartisipasi aktif dalam kehidupannya serta berintegrasi dan berkontribusi
dalam masyarakat dan dunia global.
·
Siswa memahami dan berpartisipasi dalam
kegiatan kreatif di lingkungannya untuk saling menghargai karya artistik,
budaya, dan intelektual serta menetapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan
kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.
·
Siswa menujukan kemampuan berpikir
konsekuen, berpikir lateral, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap
untuk menghadapi sebagai kemungkinan. Siswa menunjukan motivasi dan percaya
diri dalam belajar serta mampu bekerja mandiri sekaligus dapat bekerja sama.
DAFTAR
PUSTAKA
Darwyan Syah & Supardi. Pengembangan
Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam. (Diadit Media: Jakarta 2009).
Kunandar. 2007. Guru
Profesional Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses
dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sakni, Ridwan. Pengembangan
Sistem Evaluasi Pendidikan. Palembang: Rafa Press.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2009. Evaluasi
Program. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Thoha, Chabib. 2001. Teknik
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar